MENGAPA INDONESIA SERING DI GUNCANG GEMPA

Gempa bumi merupakan peristiwa pelepasan energi yang menyebabkan dislokasi (pergeseran) pada bagian dalam bumi secara tiba-tiba. Mekanisme perusakan akibat gempa ini terjadi karena energi getaran gempa merambat ke seluruh bagian bumi. Di permukaan bumi, getaran tersebut dapat menyebabkan kerusakan dan runtuhnya bangunan sehingga dapat menimbulkan korban jiwa. Getaran gempa juga dapat memicu terjadinya tanah longsor, runtuhan batuan, dan kerusakan tanah lainnya yang merusak permukiman penduduk, kebakaran, kecelakaan industri, kecelakaan transportasi dan banjir akibat runtuhnya bendungan maupun tanggul penahan lainnya.
Terjadinya gempa bumi bisa diakibatkan oleh dua hal, yaitu karena letusan gunung berapi yang disebut gempa vulkanik atau karena pergeseran lapisan bumi yang berbentuk piringan gempa tektonik. Sekitar 90 persen gempa bumi terjadi di bawah air. Tepatnya, di daerah cincin api yang terletak di lingkaran Lautan Pasifik.
Di daerah itu banyak sekali gunung api dalam laut yang masih aktif. Jika gunung-gunung tersebut mulai aktif, akan terjadi getaran di permukaan bumi dan itu termasuk gempa vulkanik.
Sedangkan gempa tektonik terjadi karena adanya pergeseran lapisan bumi yang berbentuk piringan atau sering disebut lempeng bumi.
Bumi terdiri dari banyak lapisan. Lapisan terluar bumi adalah litosfer. Di bawah permukaan litosfer terdapat lapisan yang menyerupai kerang yang terdiri dari tujuh batu piringan tebal. Batu tersebut tebalnya sekitar 100 km yang bisa bergerak sepanjang 10 sentimeter tiap tahunnya.
Gempa bumi sering terjadi karena adanya pergerakan di antara dua lapisan batu tebal. Gerakan batu itu juga bisa terjadi karena ada tekanan dari permukaan bumi selama bertahun-tahun. Pergeseran itulah yang membuat gempa bumi terjadi dan sering disebut sebagai gempa tektonik. Adapun penyebab lain terjadinya Gempa Bumi adalah proses tektonik akibat pergerakan kulit/lempeng bumi, aktivitas sesar di permukaan bumi, pergerakan geomorfologi secara lokal, contohnya terjadi runtuhan tanah , menumpuknya massa air yang sangat besar di balik dam, dan bahan peledak seperti ledakan nuklir.

Peta Jakarta BataVia

WalaUpun Gw bukan warga Jakarta asli.. TaPi Gw dah lumayan cinTa Ma JakarTa

Peta Jakarta jaman dulu

Dulu Condet & sungai Ciliwung NIe??Coba skarang???


kawasan condet sungai ciliwung

Kawasan Kembangan Tempo Dulu, Indah KAn , makanya Kita Lindungi..dari Global Warming?


Kawasan Kembangan Tempo Dulu

Ni daerah PAsar Baru

nIE jman Dlu Lum Da GlobaL Warming????

nih yang paling keren tahun 1932 daerah glodok aja udah ada kemacetan? lihat ini masa kejayaan daerah GLODOK????? JANGAN sAmpe kena global warming

Jika GlobaL Warming Terus terjadi maka manusia akan seperti Ini

Ada – ada saja cara orang untuk menunjukkan aksi protesnya.
Seperti yang satu ini, sekitar 600 orang “telanjang” melakukan foto bersama di kawasan pegunungan Alpen, Swiss pekan lalu. Aksi mereka ini untuk menggerakkan hati ratusan, ribuan, jutaan, bahkan mungkin milyaran penduduk dunia untuk peduli pada nasib bumi. Mereka khawatir, semakin menghangatnya suhu bumi akan meningkatkan resiko bahaya pada kehidupan.

Seperti yang kita tahu, “global warming” telah menyebabkan berbagai macam dampak seperti perubahan iklim, krisis air bersih, meluasnya penyakit tropis, punahnya binatang langka, kompetisi energi, menyempitnya permukaan daratan, bencana alam (banjir, longsor) dll. Tentu saja di kemudian hari, bencana ini lambat laun akan seperti bom waktu yang siap menelan korban jiwa yang tidak sedikit. Untuk itu, kesadaran dan partisipasi seluruh warga dunia dalam melestarikan bumi beserta isinya sangat dinantikan wujud nyatanya.

Aksi protes 600 orang telanjang ini diabadikan oleh seorang fotografer bernama Spencer Tunic. Kelompok “telanjang ini dibagi menjadi dua bagian. Sebagian yang akan dipotret diminta untuk naik ke atas pegunungan Alpen dan sebagian lagi menunggu gilirannya. Udara dingin yang menyerang, tidak menyurutkan niat mereka untuk melakukan pemotretan.

Meski terkesan gila dan aneh, aksi ini cukup menggelitik. Semoga saja aksi ini bukan dilihat dari sisi “jorok” nya tetapi dapat dipahami sebagai bentuk kepedulian mereka terhadap lingkungan.

Beberapa sumber diambil dr detik.com

EFEK RUMAH KACA & AKIBATNYA

Ketika udara Jakarta semakin panas, banyak orang, komentator, pengamat, atau yang disebut pakar mengatakan bahwa hal ini akibat dari pemanasan global yang mengakibatkan terjadinya efek rumah kaca. Hal ini banyak benarnya. Hanya saja ketika para komentator tersebut memberi komentarnya, jarang atau hampir tidak ada yang memberi penjelasan tentang apa sebenarnya efek rumah kaca itu dan bagaimana terjadinya.

Efek rumah kaca atau dalam bahasa asingnya dikenal dengan istilah green house effect adalah suatu fenomena dimana gelombang pendek radiasi matahari menembus atmosfer dan berubah menjadi gelombang panjang ketika mencapai permukaan bumi. Setelah mencapai permukaan bumi, sebagian gelombang tersebut dipantulkan kembali ke atmosfer. Namun tidak seluruh gelombang yang dipantulkan itu dile­-pas­kan ke angkasa luar. Sebagian gelombang panjang dipantulkan kembali oleh lapisan gas rumah kaca di atmosfer ke permukaan bumi. Gas rumah kaca adalah gas-gas di atmosfer yang memiliki kemampuan untuk menyerap radiasi matahari yang dipantulkan oleh bumi sehingga bumi menjadi semakin panas.

Perubahan panjang gelombang ini terjadi karena radiasi sinar matahari yang datang ke bumi adalah gelombang pendek yang akan memanaskan bumi. Secara alami, agar tercapai keadaan setimbang dimana keadaan setimbang di permukaan bumi adalah sekitar 300 K, panas yang masuk tadi didinginkan. Untuk itu sinar matahari yang masuk tadi harus diradiasikan kembali. Dalam proses ini yang diradiasikan adalah gelombang panjang infra merah.

Proses ini dapat berlangsung berulang kali, sementara gelombang yang masuk juga terus menerus bertambah. Hal ini mengakibatkan terjadinya akumulasi panas di atmosfer, sehingga suhu permukaan bumi meningkat. Hasil penelitian menyebutkan bahwa energi yang masuk ke permukaan bumi: 25 % dipantulkan oleh awan atau partikel lain di atmosfir, 25 % diserap awan, 46 % diabsorpsi permukaan bumi, dan sisanya yang 4 % dipantulkan kembali oleh permukaan bumi (beberapa penelitian memberikan hasil yang berbeda).

Efek rumah kaca itu sendiri terjadi karena naiknya konsentrasi gas CO2 (karbondioksida) dan gas-gas lainnya seperti sulfur dioksida (SO2), nitrogen oksida (NO), nitrogen dioksida (NO2), gas metan (CH4), kloroflourokarbon (CFC) di atmosfir. Kenaikan konsentrasi CO2 itu sendiri disebabkan oleh kenaikan berbagai jenis pemba-karan di permukaan bumi seperti pembakaran bahan bakar minyak (BBM), batu bara, dan bahan-bahan organik lainnya yang melam-paui kemampuan permukaan bumi antuk mengabsorpsinya. Bahan-bahan di permukaan bumi yang berperan aktif untuk mengabsorpsi hasil pembakaran tadi ialah tumbuh-tumbuhan, hutan, dan laut. Jadi bisa dimengerti bila hutan semakin gundul, maka panas di permukaan bumi akan naik.

Energi yang diabsorpsi dipantulkan kembali dalam bentuk radiasi infra merah oleh awan dan permukaan bumi. Hanya saja sebagian sinar infra merah tersebut tertahan oleh awan, gas CO2, dan gas lainnya sehingga kembali ke permukaan bumi. Dengan meningkatnya konsentrasi gas CO2 dan gas-gas lain di atmosfer maka semakin banyak pula gelombang panas yang dipantulkan bumi diserap atmosfer. Dengan perkataan lain semakin banyak jumlah gas rumah kaca yang berada di atmosfer, maka semakin banyak pula panas matahari yang terperangkap di permukaan bumi. Akibatnya suhu permukaan bumi akan naik.

Dengan meningkatnya suhu permu-kaan bumi akan mengakibatkan perobahan iklim yang tidak biasa. Selain itu hutan dan ekosistem pun akan terganggu. Bahkan dapat mengakibatkan hancurnya gu-nung-gunung es di kutub yang pada akhirnya akan menga-kibatkan naiknya permukaan air laut sekaligus menaikkan suhu air laut.

Fenomena efek rumah kaca atau green house effect ini pertama kali ditemukan oleh fisikawan Perancis Joseph Fourier pada 1824 dan di-buktikan secara kuantitatif oleh Svante Arrhenius pada 1896. Penyebutan nama efek rumah kaca sebenarnya didasar-kan atas peristiwa alam yang mi-rip dengan yang terjadi di rumah kaca yang biasa digunakan untuk kegiatan pertanian dan perkebunan untuk menghangatkan tanaman di dalamnya. Panas yang masuk ke dalam rumah kaca akan sebagian terperangkap di dalamnya, tidak dapat menembus ke luar kaca, sehingga menghangatkan seisi rumah kaca tersebut.

Dalam bahasa yang sederhana, proses terjadinya efek rumah kaca adalah demikian: panas matahari merambat dan masuk ke permukaan bumi. Kemudian panas matahari tersebut akan dipantulkan kembali oleh permukaan bumi ke angkasa melalui atmosfer. Sebagian panas matahari yang dipantulkan tersebut akan diserap oleh gas rumah kaca yang berada di atmosfer. Panas matahari tersebut kemudian terperangkap di permukaan bumi, tidak bisa melalui atmosfer. Sehingga suhu bumi menjadi lebih panas.

Sudah disebutkan diatas bahwa efek rumah kaca terjadi karena emisi gas rumah kaca. Meningkatnya gas rumah kaca tersebut dikontribusi oleh hal-hal berikut:

Energi

Pemanfaatan berbagai macam bahan bakar fosil atau BBM (bahan bakar minyak) memberi kontribusi besar terhadap naiknya konsentrasi gas rumah kaca, terutama CO2. Kita lihat mayoritas kendaraan bermotor masih menggunakan BBM. Pabrik-pabrik pun juga. Selain BBM, yang paling banyak menghasilkan gas rumah kaca adalah batu bara yang melebihi BBM. Sebagai gambaran, untuk menghasilkan energi sebesar 1 KWh, pembangkit listrik yang meng-hasilkan batu bara mengemisi gas rumah kaca sekitar 940 gr CO2, sementara pembangkit listrik yang menggunakan minyak bumi untuk menghasilkan energi yang sama menghasilkan emisi gas rumah kaca sekitar 581 sampai dengan 798 gr CO2. Sedangkan pengemisi terbesar adalah industri dan transportasi.

Kehutanan

Salah satu fungsi hutan adalah sebagai penyerap emisi gas rumah kaca. Karena hutan dapat mengubah CO2 menjadi O2. Sehingga perusakan hutan akan memberi kontribusi terhadap naiknya emisi gas rumah kaca.

Pertanian dan Peternakan

Di sektor ini emisi gas rumah kaca dihasilkan dari pemanfaatan pupuk, pembusukan sisa-sisa pertanian dan pembusukan kotoran-kotoran ternak, dan pembakaran sabana. Di sektor pertanian, gas metan (CH4) yang paling banyak dihasilkan.

Sampah

Sampah adalah salah satu kontributor besar bagi ter-bentuknya gas metan (CH4), karena aktivitas manusia sehari-hari.

Sejauh ini kita masih melihat efek rumah kaca sebagai hal yang merugikan manusia, namun tidak demikian sebenarnya. Tanpa efek rumah kaca, bumi kita ini akan sangat dingin seberti bukit es. Efek rumah kacalah yang membuat bumi ini hangat dan laik huni. Hanya saja sebisa mungkin harus ditekan naiknya gas rumah kaca yang akan meningkatkan efek rumah kaca agar suhu bumi tidak semakin panas. Efek rumah kaca sudah banyak diman-faatkan di Eropa oleh para petani, terutama di musim dingin agar tanamannya tetap hangat. IPB pun melalui Pusat Pengembangan Ilmu Teknik untuk Pertanian Tropika (CREATA) sudah ikut memanfaatkan teknologi efek rumah kaca dengan membuat alat pengering berben-tuk limas segi enam yang diberi nama ELC-05.

Selain menyebabkan efek rumah kaca, beberapa gas polutan yang telah kita sebutkan di atas juga berpotensi menyebabkan penipisan lapisan ozon, yang akan menye-babkan semakin banyak sinar ultra violet masuk ke permukaan bumi yang diduga dapat menyebabkan kanker kulit, penyakit katarak, menurunnya kekebalan tubuh, bahkan menurunkan hasil panen. Salah satu yang sangat berperan dalam penipisan lapisan ozon adal kloroflo-rokarbon (CFC) yang masih banyak kita jumpai dipasang di AC, walaupun sudah dilarang pemerintah. (Gilbert Hutauruk – SBTI)

Mengenal Efek Rumah Kaca

erk.jpgIstilah Efek Rumah Kaca (green house effect) berasal dari pengalaman para petani di daerah iklim sedang yang menanam sayur-mayur dan bunga-bungaan di dalam rumah kaca. Yang terjadi dengan rumah kaca ini, cahaya matahari menembus kaca dan dipantulkan kembali oleh benda-benda dalam ruangan rumah kaca sebagai gelombang panas yang berupa sinar infra merah. Namun gelombang panas itu terperangkap di dalam ruangan kaca serta tidak bercampur dengan udara dingin di luarnya. Akibatnya, suhu di dalam rumah kaca lebih tinggi daripada di luarnya. Inilah gambaran sederhana terjadinya efek rumah kaca (ERK).

Pengalaman petani di atas kemudian dikaitkan dengan apa yang terjadi pada bumi dan atmosfir. Lapisan atmosfir terdiri dari, berturut-turut: troposfir, stratosfir, mesosfir dan termosfer: Lapisan terbawah (troposfir) adalah yang yang terpenting dalam kasus ERK. Sekitar 35% dari radiasi matahari tidak sampai ke permukaan bumi. Hampir seluruh radiasi yang bergelombang pendek (sinar alpha, beta dan ultraviolet) diserap oleh tiga lapisan teratas. Yang lainnya dihamburkan dan dipantulkan kembali ke ruang angkasa oleh molekul gas, awan dan partikel. Sisanya yang 65% masuk ke dalam troposfir. Di dalam troposfir ini, 14 % diserap oleh uap air, debu, dan gas-gas tertentu sehingga hanya sekitar 51% yang sampai ke permukaan bumi. Dari 51% ini, 37% merupakan radiasi langsung dan 14% radiasi difus yang telah mengalami penghamburan dalam lapisan troposfir oleh molekul gas dan partikel debu. Radiasi yang diterima bumi, sebagian diserap sebagian dipantulkan. Radiasi yang diserap dipancarkan kembali dalam bentuk sinar inframerah.

Sinar inframerah yang dipantulkan bumi kemudian diserap oleh molekul gas yang antara lain berupa uap air atau H20, CO2, metan (CH4), dan ozon (O3). Sinar panas inframerah ini terperangkap dalam lapisan troposfir dan oleh karenanya suhu udara di troposfir dan permukaan bumi menjadi naik. Terjadilah Efek Rumah Kaca. Gas yang menyerap sinar inframerah disebut Gas Rumah Kaca.

Seandainya tidak ada ERK, suhu rata-rata bumi akan sekitar minus 180 C — terlalu dingin untuk kehidupan manusia. Dengan adanya ERK, suhu rata-rata bumi 330 C lebih tinggi, yaitu 150C. Jadi, ERK membuat suhu bumi sesuai untuk kehidupan manusia.

Namun, ketika pancaran kembali sinar inframerah terperangkap oleh CO2 dan gas lainnya, maka sinar inframerah akan kembali memantul ke bumi dan suhu bumi menjadi naik. Dibandingkan tahun 50-an misalnya, kini suhu bumi telah naik sekitar 0,20 C lebih.

Gerakan menanam pohon


Akhirnya acaranya selesai juga. Hari ini ponakan aku ulang tahun yang ke-10. Meriah banget. Tapi bukan itu yang mo aku tulis. Nggak matching ama judulnya donk…

Menanam pohon yuk...

Menanam pohon yuk…!!!

Nah, sesuai dengan himbauan dari pemerintah untuk menanam pohon di lingkungan sekitar kita, ayo kita tanam pohon disekitar kita. Tapi awas, jangan cuma kacang keledai eh kedelai kayak si Adit ini. At least ya berbentuk pohon lah…

Cuma gitu doank?

Yupi, cuma nanam 1 pohon aja. Sepele kan? Simple banget kan?

Tapi, coba pikir jika (i said “jika”) 1 pohon ukuran sedang bisa convert 1 m3 CO2 menjadi O2, berapa banyak yang dihasilkan oleh 10-15 juta pohon? * pantesan di hutan seger banget D *

Walaupun nggak sebanding dengan polusi yang kita hasilkan, tetapi setidaknya bisa mengurangi. Lebih baik berkurang daripada nggak sama sekali kan?

Apakah ini ada hubungannya dengan global warming?

Menurut beberapa ahli, global warming itu pasti terjadi dan sedang berlangsung. Manusia sekarang hanya “mempercepat prosesnya”. Nah, dengan menanam pohon ini, setidaknya kita bisa memperlambat prosesnya. Semenit dua menit juga ga apa-apa. Namanya juga usaha.

Lagipula, menanam pohon juga bisa dibilang investasi secara ekonomi.

What? Investasi? Gimana ceritanya tuh?

Halah, simple aja. Hari ini kita nanam pohon mangga. 5-10 tahun lagi, mangga itu berbuah. Nah, kalo kita pengen mangga, tinggal petik tuh buah kita sendiri, nggak usah beli, hemat kan? Disamping itu juga bisa jadi tabungan akhirat. Siapa tau aja ada ibu-ibu ngidam pengen mangga. Kita bisa kasi ke ibu itu dengan ikhlas. Jadi amal kan?

Lalu pohon apa sih yang bisa kita tanam?

Semua pohon juga boleh. Mau nangka, beringin, mangga, apel, jambu, akasia, asam, tebu boleh kok. Nggak ada yang ngelarang kita buat nanam apa yang kita mau. Tapi sih, aku saranin yang nggak ribet ngerawatnya, macam mangga, jambu air atau jambu monyet.

Manfaat lain?

Manfaat lain dari menanam pohon di lingkungan kita adalah “green eye therapy”. Yaitu terapi mata dengan melihat tumbuh-tumbuhan hijau untuk mengurangi penyakit mata minus dan kawan-kawannya. Aku pernah liat di TV, kalo nggak salah di acara Oprah Show. Mmm…entahlah, mungkin bisa search di google. * lagi males nih… *

Disamping itu juga ada manfaat ngaco versiku sendiri:

  1. Kalo udah besar pohonnya, bisa untuk tempat penyangga ayunan.D
  2. Kalo di belakang rumah kamu luas dan pohonnya lebat, siapa tahu dilirik produser untuk syuting film horor atau film bersetting jaman kerajaan. ;))
  3. Kalo batangnya cukup besar, bisa buat syuting film india. Adegan yang nyanyi-nyanyi sambil muter-muter. Ini sih adegan kesayangan Dinda. Atau mungkin untuk adegan petak umpet dengan tuan takur.

Don’t be serious…it just joke.

Postingannya jadi OOT dan nggak mutu begini? (emangnya posting yang lain bermutu?) Wes…wes…otakku mulai korslet nih…cukup sekian aja yach. D

Eh..eh bentar…apa tujuan dan hikmah dari gerakan menanam pohon ini?

Mungkin sih…aku bilang mungkin maksudnya pemerintah adalah menyadarkan masyarakat bahwa lingkungan ini adalah tanggung jawab kita bersama. Masyarakat diminta ikut aktif dalam usaha menyelamatkan lingkungan. Gitu kali…!!! Kita minum air dari bumi, makan makanan yang tumbuh di bumi, ya sudah sepantasnya kita ikut merawat bumi ini.

Don’t be ignorant to our environment, please…!!!